Jakarta (Espos) Selagi wakil rakyat bersidang, demonstran dari berbagai elemen berunjuk rasa di luar Gedung DPR. Demonstran yang antara lain dari Petisi 28, Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera), Gerakan Mahasiswa Bersatu dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia mengumpulkan spanduk berisi tuntutan penuntasan kasus Century, lalu membakarnya di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/3).
Aparat kepolisian diterjunkan ke lokasi untuk mengatasi situasi. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Hamidin, memerintahkan agar aparat menyemprotkan air dari water cannon. Disiram air bertekanan tinggi, demonstran kocar kacir. Untuk menyelamatkan diri, demonstran berusaha merobohkan pagar tol. Seratusan orang menggoyang-goyangkan pagar setinggi satu meter di jalur cepat Jl Gatot Subroto. Tak berapa lama, pagar tol sepanjang tiga meter roboh. Demonstran bersorak.
Di tengah siraman air, beberapa orang terus melakukan perlawanan, dan berusaha menimpuki polisi dengan batu. Aparat dari Pengendalian Massa yang dilengkapi tameng langsung maju membuat barikade.
Saat memukul mundur demonstran, polisi menemukan bom molotov. Empat bom molotov itu belum sempat diledakkan. Bom molotov yang dirakit dalam botol minuman ringan ditemukan polisi di depan Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta. Bom bersumbu kain, dan berisi bensin itu lalu dibawa ke pos jaga di Gedung DPR.
Sebagian demonstran berlarian di Jl Gatot Subroto arah Slipi. Untuk mencegah jangkauan polisi, mereka menarik kawat berduri dari depan gedung DPR, bermaksud menutup jalan.
Massa anti-SBY juga berusaha masuk ke DPR, sambil menimpuki aparat kepolisian dengan batu. Polisi membalas dengan tembakan gas air mata. Bentrokan ini berawal saat 300 orang dari Laskar Empati Pembela Bangsa memasang tali di depan gerbang DPR, Senayan, untuk merobohkan pagar. Namun aparat kepolisian langsung menggunting tali.
Massa makin mengamuk. Massa lalu menimpuki aparat kepolisian di dalam Gedung DPR dengan batu dan botol bekas minuman. Massa juga menghancurkan kawat pembatas. Kawat itu ditarik dan menutupi jalan di depan gedung DPR. Ditembak dengan gas air mata, emosi massa bukannya mereda malah bertambah. Massa terus melakukan perlawanan.
Sementara itu meski telah dilarang membawa binatang saat demo, demonstran dari Gerakan Mahasiswa Hukum Jakarta nekat membawa kambing. Demonstran mengibaratkan anggota DPR bak kambing, jika tidak menuntaskan kasus Bank Century. Badan kambing itu ditempeli kertas karton bertuliskan ”Anggota DPR jangan seperti kambing congek, hanya bisa mengatakan mbek-mbek.”
”Kami sengaja membawa kambing sebagai simbol bila anggota DPR tidak menuntaskan kasus Century, sama saja mereka seperti kambing congek,” kata koordinator umum Gerakan Mahasiswa Hukum Jakarta, Gery. ”Namanya si Ruhut. Tetapi tidak pakai Sitompul,” lanjut dia. Aparat kepolisian tidak melakukan tindakan apa pun saat sang kambing beraksi.
Di sisi lain, 500-an orang dari Komite Aksi Pemuda Anti Korupsi (Kapak) ikut menggelar demonstrasi. Mereka membawa miniatur tahanan yang diisi tiga orang bertopeng SBY, Boediono dan Sri Mulyani. Tiga orang yang mengenakan topeng SBY, Boediono dan Sri Mulyani itu mengenakan pakaian bergaris putih-hitam. Mereka dikawal beberapa orang penjaga dengan pakaian hitam-hitam dengan penutup kepala dan menenteng senjata laras panjang mainan. Kapak juga membawa tiga buah tiang gantungan setinggi dua meter. Tiang gantungan itu ditempatkan pada sebuah truk.
Dari Solo dilaporkan, puluhan aktivis mahasiswa dan warga, Selasa siang, melakukan unjuk rasa menyatakan dukungan terhadap rekomendasi Pansus DPR tentang Bank Century. Aksi tersebut diikuti unsur KAMMI, BEM UNS, Yaphi, LMND, BEM STAIMUS, Lawan, BEM Univet, Komunitas PKL, serta Sekber 65. Mereka menuntut sidang paripurna DPR yang digelar Selasa hingga Rabu (3/3), menerima rekomendasi yang diajukan Pansus.
Di Semarang, Elemen Mahasiswa Peduli Bangsa (Emas Bangsa), turun ke jalan menggelar demonstrasi menuntut semua pihak yang terlibat dalam kasus bailout Bank Century segera diadili. - Oleh : Ant/dtc/kur/oto
Di tengah siraman air, beberapa orang terus melakukan perlawanan, dan berusaha menimpuki polisi dengan batu. Aparat dari Pengendalian Massa yang dilengkapi tameng langsung maju membuat barikade.
Saat memukul mundur demonstran, polisi menemukan bom molotov. Empat bom molotov itu belum sempat diledakkan. Bom molotov yang dirakit dalam botol minuman ringan ditemukan polisi di depan Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta. Bom bersumbu kain, dan berisi bensin itu lalu dibawa ke pos jaga di Gedung DPR.
Sebagian demonstran berlarian di Jl Gatot Subroto arah Slipi. Untuk mencegah jangkauan polisi, mereka menarik kawat berduri dari depan gedung DPR, bermaksud menutup jalan.
Massa anti-SBY juga berusaha masuk ke DPR, sambil menimpuki aparat kepolisian dengan batu. Polisi membalas dengan tembakan gas air mata. Bentrokan ini berawal saat 300 orang dari Laskar Empati Pembela Bangsa memasang tali di depan gerbang DPR, Senayan, untuk merobohkan pagar. Namun aparat kepolisian langsung menggunting tali.
Massa makin mengamuk. Massa lalu menimpuki aparat kepolisian di dalam Gedung DPR dengan batu dan botol bekas minuman. Massa juga menghancurkan kawat pembatas. Kawat itu ditarik dan menutupi jalan di depan gedung DPR. Ditembak dengan gas air mata, emosi massa bukannya mereda malah bertambah. Massa terus melakukan perlawanan.
Sementara itu meski telah dilarang membawa binatang saat demo, demonstran dari Gerakan Mahasiswa Hukum Jakarta nekat membawa kambing. Demonstran mengibaratkan anggota DPR bak kambing, jika tidak menuntaskan kasus Bank Century. Badan kambing itu ditempeli kertas karton bertuliskan ”Anggota DPR jangan seperti kambing congek, hanya bisa mengatakan mbek-mbek.”
”Kami sengaja membawa kambing sebagai simbol bila anggota DPR tidak menuntaskan kasus Century, sama saja mereka seperti kambing congek,” kata koordinator umum Gerakan Mahasiswa Hukum Jakarta, Gery. ”Namanya si Ruhut. Tetapi tidak pakai Sitompul,” lanjut dia. Aparat kepolisian tidak melakukan tindakan apa pun saat sang kambing beraksi.
Di sisi lain, 500-an orang dari Komite Aksi Pemuda Anti Korupsi (Kapak) ikut menggelar demonstrasi. Mereka membawa miniatur tahanan yang diisi tiga orang bertopeng SBY, Boediono dan Sri Mulyani. Tiga orang yang mengenakan topeng SBY, Boediono dan Sri Mulyani itu mengenakan pakaian bergaris putih-hitam. Mereka dikawal beberapa orang penjaga dengan pakaian hitam-hitam dengan penutup kepala dan menenteng senjata laras panjang mainan. Kapak juga membawa tiga buah tiang gantungan setinggi dua meter. Tiang gantungan itu ditempatkan pada sebuah truk.
Dari Solo dilaporkan, puluhan aktivis mahasiswa dan warga, Selasa siang, melakukan unjuk rasa menyatakan dukungan terhadap rekomendasi Pansus DPR tentang Bank Century. Aksi tersebut diikuti unsur KAMMI, BEM UNS, Yaphi, LMND, BEM STAIMUS, Lawan, BEM Univet, Komunitas PKL, serta Sekber 65. Mereka menuntut sidang paripurna DPR yang digelar Selasa hingga Rabu (3/3), menerima rekomendasi yang diajukan Pansus.
Di Semarang, Elemen Mahasiswa Peduli Bangsa (Emas Bangsa), turun ke jalan menggelar demonstrasi menuntut semua pihak yang terlibat dalam kasus bailout Bank Century segera diadili. - Oleh : Ant/dtc/kur/oto
0 komentar:
Posting Komentar