Watch TV on Computer
rss
twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

iklangede tukar link

Jumat, 26 Februari 2010

Cara Agar Tulisanmu Diterbitkan Jadi Buku

Bagaimanakah Cara Menulis?
Di dalam menulis kita sering bingung karena kita lebih menggunakan otak kiri kita dibandingkan dengan otak kanan kita. Otak kanan kita lebih menyukai hal-hal yang spontan dan yang lebih fleksibel sedangkan otak kiri menyukai sesuatu yang lebih teratur dan berjalan sesuai struktur. Orang seni mengggunakan keduanya agar kita bisa selalu mengeluarkan ide-ide kita dengan penuh leluasa tetapi dapat dinikmati orang. Apakah menulis adalah termasuk seni? Di salah satu sisi ya di salah satu tidak tentunya. Dari manakah JK. Rowling mendapatkan ide menulis Harry Potter bila tidak didasari oleh alam imajinasi yang kreatif. JK. Rowling tidak berpikir apakah yang akan saya hasilkan adalah jelek tetapi bagaimana agar apa yang saya pikirkan dapat dikeluarkan secara menarik.
Kita harus menggunakan terlebih dahulu otak kanan kita untuk membuat gambaran kasar akan apa yang kita terbitkan. Kita keluarkan semua potensi yang ada di dalam otak kanan kita. Jangan batasi ide dan kreatifitas kita pada suatu hal misalnya kerangka karangan. Memang waktu sekolah dulu kita diajari untuk dapat menulis secara baik dan benar namun apakah itu sudah cukup untuk menarik penerbit maupun target pembaca kita.
Kalau kita setiap hari bisa mengupdate status lewat facebook mengapa untuk mengarang sangatlah susah.
Banyak pengalaman dalam kehidupan yang dapat menjadi inspirasi kita. Tak perlu uang lebih maupun kemampuan lebih untuk menulis. Menulis adalah bebas tapi indah. Juga masalah mau apa tidak untuk berbagi.
Dengan menulis kita dapat mengungkapkan isi hati kita secara lebih bebas daripada verbal.
Tak banyak juga yang menghasilkan naskah lagu yang indah untuk kita nikmati.
Tuangkan apa yang ada di dalam pikiran kita secara luas tetapi memusat pada salah satu tujuan kita. Jikalau kita menulis fiksi maka kita harus menuangkan imajinasi menarik namun bila menulis nonfiksi pengalaman kita lebih banyak berbicara.
Janganlah pernah takut untuk menulis selama itu benar dan tidak merugikan pihak yang lain. Mengkritik boleh namun harus tepat apa reasonnya dan jangan lupa harus diberi saran agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Masihkah anda ragu untuk menulis, Saya jawab TIDAK, Mulailah untuk MENULIS
Dikutip dan diaransir dari berbagai sumber


Kompas Gramedia Klinik Penerbitan

JAKARTA, Ada pepatah mengatakan, di mana ada kemauan dan kerja keras, di situlah ada jalan. Namun bila kamu ingin menjadi penulis dan berharap karyamu bisa diterbitkan menjadi buku, rupanya pepatah itu tidak cukup hanya sampai di situ.
Sebuah naskah dijamin akan diterbitkan kalau betul-betul memiliki nilai jual.
Diperlukan lebih dari kemauan dan kerja keras untuk membuat tulisan hasil kreatifitasmu diterbitkan menjadi buku. Ada beberapa hal yang mesti anda pahami dan kuasai untuk membuatnya layak terbit sebagai buku.
Hal ini disampaikan oleh Editor Buku Kelompok Penerbit Kompas Gramedia, Rina Buntaran. Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Rina bercerita, sering kali calon-calon penulis terutama anak muda tidak mengerti apa sebetulnya makna menjadi penulis agar naskahnya bisa diterbitkan menjadi buku.
"Banyak penulis-penulis muda yang datang ke kami, berharap naskahnya bisa diterbitkan. Tapi dalam diskusi banyak yang masih belum tahu apa yang ingin mereka jual dalam tulisannya agar penerbit mau membukukan tulisan mereka," kata Rina di sela-sela acara Kompas Gramedia Fair (KG Fair), di Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (26/2/2010).
Dalam KG Fair, Kelompok Penerbit Buku Kompas Gramedia secara khusus juga menggelar klinik konsultasi gratis bagi mereka yang memiliki keinginan menerbitkan buku.
Kebanyakan calon penulis itu, kata Rina, baru menyalurkan apa yang ada di benak dan pemikirannya dan dituangkan menjadi sebuah tulisan yang panjang. "Artinya, mereka baru sebatas menyampaikan hasrat pemikirannya menjadi naskah. Tapi mereka belum benar-benar paham apa yang mereka tawarkan kepada calon pembacanya," jelas editor buku bergenre nonfiksi ini.
Padahal, kata Rina, menjadi penulis sebuah buku, seseorang harus bisa menjual apa yang ditulisnya menjadi menarik orang untuk membeli dan membaca bukunya.
Lalu apa yang mesti dilakukan? Rina menjelaskan, ada dua hal penting yang mesti dipahami dan dikuasai oleh calon penulis.
Pertama, urainya, penulis harus betul-betul tahu siapa target pasar dari calon bukunya. Si penulis harus betul-betul tahu apa yang ditulisnya, dan buku itu akan cocok dan menarik minat orang dari kalangan apa saja. Sejak awal menulis, kata Rina, penulis akan jauh lebih mendalami tulisannya kalau dia tahu untuk siapa tulisannya ini akan ditujukan.
"Jadi dia harus tahu, siapa target dari bukunya itu. Dari kalangan apa, usia berapa, dan kategori-kategori lainnya yang cocok dengan minatnya. Sehingga mudah bagi penerbit untuk menentukan ini buku punya peluang atau tidak," tuturnya.
Unsur kedua, lanjutnya, penulis juga harus tahu apa yang menjadi daya jual (selling point) tulisannya. Sebuah naskah, ujar Rina, dijamin akan diterbitkan kalau betul-betul memiliki selling point. "Setelah dia tahu target pasarnya. Dia kemudian harus tahu apa yang mau dia jual dengan tulisannya itu," katanya.
Daya jual itu, kata Rina, tidak hanya perkara menarik atau tidaknya sebuah buku, tetapi juga mencakup banyak hal. Kadang kala sebuah tulisan dengan ide yang tidak menarik tetap bisa menjual karena memiliki selling point yang kuat. "Dia harus tahu, apa yang membuat orang perlu membaca bukunya. Ada informasi yang bisa disampaikan dalam bukunya itu yang orang tidak akan didapatkan pada buku lainnya," paparnya.
Rina pun tak lupa membagikan sedikit tips dan triknya untuk para penulis pemula agar bisa memahami dan menguasai target market dan daya jual dari tulisan yang dibuatnya. Rina mengatakan, wawasan luas tetap menjadi modal utama bagi seorang calon penulis. "Kuncinya, tidak ada lain, dia harus berwawasan. Caranya adalah dengan penelitian dan juga sering main-main ke toko buku. Bacalah buku-buku di sana. Kenali tipe-tipenya," jelasnya.
Akan lebih baik lagi jika si penulis mengadakan penelitian setelah dia tahu tema apa yang diangkat dalam tulisannya. Si penulis bisa mempersempit penelitian sesuai dengan tema yang ingin diangkatnya.
"Dia bisa cari data-data. Referensi dari berbagai milis, sesuai dengan tema yang dia inginkan. Kalau sudah ada buku sejenis dengan tulisan yang mau dibuatnya, jangan berkecil hati, cari kelemahannya. Yang tidak diangkat di situ bisa dikembangkan menjadi selling point bukunya," terangnya.
Setelah menguasai dua hal tersebut, kata Rina, barulah si penulis dapat dengan mantap menulis apa yang ada dalam pemikirannya. Jika naskahnya sudah jadi atau hampir jadi, Rina memberi saran, janganlah segan-segan mendatangi penerbit buku. "Berkonsultasilah. Jika mantap dan yakin, diskusikan. Apa sudah layak untuk diterbitkan atau masih ada yang kurang," katanya.
Rina menjelaskan, setiap editor buku mempunyai kriteria dan penilaian tersendiri untuk menentukan sebuah naskah layak terbit atau tidak. Editor, kata dia, memiliki batasan dan kadar tertentu untuk menerima sebuah naskah. "Kalau setidaknya dua hal tadi sudah termuat dalam naskah yang diberikan, pasti peluangnya besar untuk diterbitkan," tuntasnya.
Dikutip dan disadur dari kompas.com

Artikel yang berhubungan


0 komentar:

Posting Komentar

Belum Terindeks di Google

Daftarkan website anda gratis ke berbagai top search engines.

Site URL :


Email :


Google.com
Info Tiger
Scrub The Web
Search UK
Aesop
walhello.com
caloga.com
Onlinepilot.de
Arianna.it
Libero.it
Gooru.pl
Yandex.ru
earchengine.de
Findonce.co.uk
Bigfinder.com
Exploit.net
Metawebsearch.com
eurip.com
WhatUseek.com
InfoTiger.com



Search Engine Submission - AddMe
Multiple Search Engine
AlamatWeb.com

Kerjasama









Free Website Hosting



Post

Get More Subcriber